Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Dzat yang telah menciptakan hidup dan mati untuk menguji manusia
siapa yang terbaik amalannya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan juga kepada
keluarganya, shahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka denga baik.
Bagi orang orang yang berangkat Haji
atau Umroh pasti mereka tidak akan melewatkan berziarah ke Masjid Nabawi.
Karena Masjid Nabawi itulah masjid Yang dibangun dari awal permulaan Islam.
Tetapi apabila kita mengunjungi atau
berziarah ke Masjid Nabawi kita jangan asal masuk, ada adabnya. Dan perlu di ingat
menziarahi Masjid Nabawi itu hukumnya Sunnah Mustahabah dan tidak
dibatasi waktu dan tidak ada hubungannya dengan haji, dan bukan merupakan
penyempurna ibadah haji atau bagian darinya. Barangsiapa yang menunaikan haji
tetapi tidak memungkin-kannya pergi ke Masjid Nabawi maka hajinya sempurna dan
tetap sah.
Keutamaan Masjid Nabawi
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, ia menyatakan bahwa hadits ini bersambung kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى
ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَمَسْجِدِ
اْلأَقْصَى.
“Tidak boleh mengadakan perjalanan kecuali ke tiga masjid;
Masjidil Haram, masjidku ini, dan Masjidil Aqsa.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (III/63, no. 1189),
Shahiih Muslim (II/1014, no. 1397), Sunan Abi Dawud (VI/15, no. 2017), Sunan
an-Nasa-i (II/37) ]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هٰذَا، خَيْرٌ
مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِي غَيْرِهِ مِنَ الْمَسَاجِدِ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ
الْحَرَامَ.
"Shalat di masjidku
ini lebih baik daripada seribu kali shalat di masjid lain, kecuali Masjidil
Haram.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari (III/63, no. 1190), Shahiih
Muslim (II/1012, no. 1394), Sunan at-Tirmidzi (I/204, no. 324), Sunan an-Nasa-i
(II/35) ]
Dari ‘Abdullah bin Zaid bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي
رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ.
“Di antara rumahku dan mimbarku terdapat taman dari
taman-taman Surga.” [Muttafaq 'alaih: Shahiih al-Bukhari
(III/70, no. 1195), Shahiih Muslim (II/1010, no. 1390), Sunan an-Nasa-i
(II/35). ]
Adab Adab Ziarah Ke Masjid Nabawi
Bagi kaum muslimin apabila ia datang
ke Madinah dan ingin mengunjungi Masjid Nabawi, kami akan membawakan adab-adab
menziarahi Masjid Nabawi.
Pertama: Hendaknya orang yang akan berziarah, niat untuk bepergian
ke Madinah Munawwarah untuk ziarah Masjid Nabawi Asy-Syarif serta untuk shalat
di dalamnya, sedangkan ziarah kubur Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan lainnya sudah secara langsung masuk di dalamnya.
Kedua: Apabila ia masuk Masjid hendaknya ia masuk dengan kaki
kanan kemudian membaca:
للّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَسَلِّمْ، اَللّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.
“Ya Allah, semoga shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Muhammad. Ya Allah, bukalah pintu-pintu
rahmat-Mu untukku,”
Atau membaca:
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ
وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ.
“Aku berlindung kepada Allah Yang Mahaagung, dengan wajah-Nya
Yang Mahamulia dan kekuasaan-Nya yang abadi, dari syaitan yang terkutuk.”
Ketiga: Mengerjakan shalat tahiyyatul masjid dua rakaat. Yang lebih
utama dia mengerjakan shalat itu di Raudhah Asy-Syarifah yang berada di antara
mimbar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kamar beliau.
Keempat: Hendaknya menghindari shalat ke arah kuburan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia dan menghadap ke kuburan tersebut
ketika berdo’a.
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.” [QS. Al-Jin:18]
Kelima: Kemudian menuju kuburan Nabi yang mulia untuk memberi salam
kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hendaknya ia menghindari meletakkan
tangan di atas dada, menganggukkan (menundukkan) kepala, merendahkan diri yang
tidak pantas dilakukan kecuali kepada Allah saja dan beristigatsah kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beberapa bacaan salam kepada nabi:
اَلسَّلاَمُ عَلَىٰ أَهْلِ الدِّيَارِ
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ
مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ، بِكُمْ لَلاَحِقُونَ.
“Semoga
kesejahteraan untukmu, wahai penduduk kampung (barzakh) dari orang-orang mukmin
dan muslim. Semoga Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dan orang-orang
yang terakhir di antara kita. Sesungguhnya kami -insya Allah- akan menyusul
kalian.”
Atau
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ
اللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا خِيَرَةَ خَلْقِ اللهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ
أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
أَشْهَدُ أَنَّكَ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّكَ بَلَّغْتَ الرِّسَالَةَ
وَأَدَّيْتَ اْلأَمَانَةَ، وَنصَحْتَ اْلأَمَّةَ، وَجَاهَدْتَ فِي اللهِ حَقَّ
جِهَادِهِ، فَجَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّتِكَ أَفْضَلَ مَا جَزَى نَبِيًّا عَنْ
أُمَّتِهِ
Keenam: Kemudian bergeser ke kanan sedikit mengucapkan salam
ke-pada Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu
anhu dan mendoakan semoga beliau mendapat ridhaNya lalu mengucapkan:
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَبَا بَكْرِ
الصِّدِيْقِ صَفِيِّ رَسُوْلِ اللهِ وَصَاحِبِهِ فِي الْغَارِ، جَزَاكَ اللهُ عَنْ
أُمَّةِ رَسُوْلِ اللهِ خَيْرًا
“Salam sejahtera atasmu ya Abu
Bakar Ash-Shiddiq, sahabat karib Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan yang menemani beliau di dalam gua. Semoga Allah membalas atas
jasanya kepada umat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan
kebaikan.”
Kemudian bergeser ke kanan sedikit,
dan memberi salam kepada Umar bin Khatthab Radhiyallahu anhu dan
mendoakan semoga beliau mendapat ridhaNya lalu mengucapkan:
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَرُ
الْفَارُوْقُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، جَزَاكَ اللهُ عَنْ أُمَّةِ
رَسُوْلُ اللهِ خَيْرًا
“Salam sejahtera atasmu ya Umar
Al-Faruq, dan semoga Allah memberikan rahmat dan berkahNya. Semoga Allah
membalas atas jasanya kepada umat Rasulullah dengan kebaikan.”
Kemudian hendaknya ia meningalkan
tempat itu.
Ketujuh: Bukan adab yang baik mengangkat suara di masjid atau di
dekat kubur Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia. Hendaknya ia
bersuara dengan suara yang rendah, karena sopan santun terhadap Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah wafat sama dengan sopan santun ketika
beliau hidup.
Kedepalan: Apabila ingin berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
hendaknya ia menjauh dari kuburan dan menghadap kiblat lalu berdoa dengan
doa-doa yang disukai dan mohon karuniaNya.
Kesembilan: Hendaknya ia selalu menjaga shalat berjama’ah di shaf yang
pertama, karena keutamaannya yang banyak dan pahalanya yang besar.
Kesepuluh: Hendaknya semangat untuk shalat di Raudhah tidak membuatnya
terlambat mendapatkan shaf pertama. Tidak ada keutamaan yang membedakan antara
shalat di Raudhah dengan shalat di seluruh bagian masjid.
Kesebelas: Tidak termasuk Sunnah, menjaga (melaksanakan) shalat empat
puluh raka’at (shalat arba’in) berturut-turut di masjid Nabawi dengan dasar
hadits yang masyhur diucapkan orang dari mulut ke mulut:
مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي
أَرْبَعِيْنَ صَلاَةً لاَ يَفُوْتُهُ صَلاَةٌ، كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ
النَّارِ، وَنَجَا مِنَ الْعَذَابِ، وَبَرِىءَ مِنَ النِّفَاقِ.
“Barangsiapa yang shalat di masjidku empat puluh shalat, ia
tidak pernah ketinggalan satu shalat pun, maka ia akan dicatat jauh dari api
Neraka, selamat dari adzab dan jauh dari kemunafikan.” (Dikeluarkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah
al-Ahaadiits ad-Dha’iifah (no. 364) dan beliau berkata, “Dikeluarkan oleh Ahmad
(III/155) dan ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jamul Ausath (II/125, no. 1) dari
kitab Zawaa-id al-Mu’jamiin melalui jalan ‘Abdurrahman bin Abi Rijal dari
Nubaith bin ‘Amr dari Anas bin Malik secara marfu’.” Ath-Thabrani berkata:
“Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Anas kecuali Nubaith kemudian
‘Abdur-rahman sendirian meriwayatkan hadits ini.” Al-Albani berkata, “Sanad
ha-dits ini dha’if, Nubaith tidak dikenal kecuali dalam hadits ini.”
Selesai )
Hadits ini dha’if, tidak shahih!!
Keduabelas: Tidak disyari’atkan memperbanyak kunjungan ke makam
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun salam akan disampaikan
kepada beliau dimanapun orang yang menyalami itu berada. Walaupun ia berada di
ujung dunia, ia dan orang yang di depan kuburan Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam sama-sama mendapat pahala memberi salam dan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Ketigabelas: Jika ia keluar dari masjid, tidak perlu berjalan mundur,
hendaknya ia keluar dengan kaki kiri dan membaca:
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَسَلِّمْ، اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ.
“Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam kepada Muhammad. Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu berupa karunia-Mu”
Keempatbelas: Disunnahkan bagi orang yang berziarah untuk shalat di
Masjid Quba’ dan ziarah ke Baqi’ dan syuhada Uhud.
Penyusun: Tim www.alhiraindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar